Senin, 24 Oktober 2016

Pembagian (Cabang-Cabang) Filsafat

Pembagian (Cabang-Cabang)  Filsafat
Filsafat secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat.  Filsafat sisternatis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Di dalamnya meliputi logika, metodologi,  epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika, metafisika, filsafat ketuhanan (teologi),  filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, filsafat hukum,  filsafat komunikasi, dan lain-lain. Adapun sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat di sepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern.  Bagian ini meliputi sejarah filsafat Yunani (Barat), India, Cina dan sejarah filsafat Islam.
1.        Pembagian atau Cabang Filsafat Menurut Para Ahli
a.       Louis O. Kattsoff menyebutkan bahwa cabang-cabang filsafat adalah logika, metodologi, metafisika, epistemologi, filsafat biologi, filsafat psikologi, filsafat antropologi, filsafat sosiologi, etika, estetika, dan filsafat agama
b.      The Liang Gie membagi filsafat sistematis menjadi:
1.      metafisika (filsafat tentang hal ada);
2.      epistemologi (teori pengetahuan) ;
3.      metodologi (teori tentang melode);
4.      logika (teori tentang penyimpulan);
5.      etika (filsafat tentang pertimbangan moral); 
6.      estetika (filsafat tentang keindahan);  
7.      sejarah filsafat. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm.19) 
c.       Harry Hamersma membagi cabang-cabang filsafat menjadi:
1.      Filsafat tentang pengetahuan: epistemologi, logika, kritik ilmu-ilmu.
2.      Filsafat tentang keseluruhan kenyataan: 
                                                         a.            Metafisika umum (ontologi). 
                                                        b.          Metafisika khusus terdiri atas teologi metafisik, antropologi,  dan kosmologi. 
3.      Filsafat tentang tindakan: etika dan estetika
4.      Sejarah filsafat. (Harry Hamersma. 1988, hlm 14) 
d.      IR. Poedjawijatna membagi filsafat itu menjadi: ontologia, theodicea,  antropolagia, metaphysica, ethica,  logica (minor dan mayor),  aesthetica
e.       Plato membedakan lapangan filsafat ke dalam tiga cabang, yaitu dialektika, fisika, dan etika. 
f.       Aristoteles merumuskan pembagian filsafat ke dalam empat macam cabang, yaitu sebagai berikut. 
1.      Logika
Ilmu ini bagi Aristoteles dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat
2.      Filsafat teoretis (filsafat nazariah)
Dalam cabang ini tercakup tiga ilmu, yaitu
a.        ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata;
b.      iimu matematika yang mempersoalkan benda-benda alam dalam kuantitasnya (mempersoalkan jumlahnya); 
c.        ilmu metafisika yang mempersoalkan tentang hakikat segala sesuatu. Menurut Aristoteles ilmu metafisika inilah yang paling utama dari filsafat, atau intinya filsafat. 
3.      Filsafat Praktis (falsafah amaliah)
Dalam cabang tercakup tiga macam ilmu, yaitu: 
a. Ilmu etika yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan.
b. llmu ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam keluarga (rumah tangga).
c.  Ilmu politik yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam negara
4.      Filsafat Poetika (kesenian). (Hasbullah Bakry, 1986, hlm. l4-15)
Dari pembagian cabang filsafat menurut beberapa tokoh di atas, tampak luas bidang yang menanggapi persoalan kefilsafatan. Oleh karena itu,  dengan sangat luasnya cakupan filsafat sering ada kesulitan untuk membahas setiap masalah sampai tuntas.
Berdasarkan tiga persoalan filsafat yang utama, yaitu persoalan tentang keberadaan, persoalan tentang pengetahuan, persoalan tentang nilai-nilai, maka cabang filsafat adalah sebagai berikut.
a.       Persoalan Persoalan keberadaan (being)  atau eksistensi (existence). Persoalan keberadaan atau eksistensi bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu metafisika.
b.      Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth). Pengetahuan  ditinjau dari segi isinya berkaitan dengan cabang filsafat, yaitu  epistemology.
Adapun kebenaran ditinjau dan segi bentuknya bersangkutan dengan cabang dilsafat, yaitu logika.
c.       Persoalan nilai nilai (values). Nila-nilai dibedakan menjadi dua, nilai kebaikan tingkah laku dan nilai keindahan. Nilai kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu etika. Nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu estetika
Berikut ini pengertian dari cabang-cabang filsafat yang utama.  
Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan benalar sehingga dapat menarik kesimpulan dengan tepat. Persoalan-persoalan logika antara lain apa yang dimaksud dengan pengertian? Apa dimaksud dengan penyimpulan? Apa aturan-aturan untuk dapat menyimpulkan secara lurus?  Sebutkan pembagian silogisme? Sebutkan pembagian sesat pikir! 
Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Adapun filsafat ilmu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara bagaimana mendapatkannya. Dengan belajar epistemologi dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui dan menggunakan metode yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau  dari isinya. Persoalan dalam epistemologi antara lain adalah bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu? Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh? Bagaimanakah validitas pengetahuan itu dapat dinilai? Apa perbedaan antara pengetahuan a priori dengan pengetabuun a posteriori? 
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Dengan belajar etika diharapkan dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma,  dan moral. Di sampiag itu, dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori tertentu, dan sikap yang baik sesuatu dengan kaidah- kaidah etika. Jadi obyek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia . Perbuatan yang diakukan secara sadar dan bebas. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut. Berbagai persoalan dalam etika diantaranya adalah apa yang dimaksud ‘baik’ atau buruk secara moral? Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral?  Bagaimanakah hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila? Apa yang dimaksud dengan kesadaran moral? Bagaimanakah peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia?
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafat dan estetika ilmiah, berbagai teori-teori keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni, aliran dalam seni dan teori penciptaan dalam seni. Persoalan estetis di antaranya adalah apakah keindahan itu? Keindahan bersifat objektif ataukah subjektif?  Apa yang merupakan ukuran keindahan? Apa peranan dalam kehidupan manusia?  Bagaimanakah hubungan keindahan dengan kebenaran?
Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada.  Metafisika membicarakan sesuatu disebalik yang tampak. Dengan belajar metafisika orang justru akan mengenal akan Tuhannya, dan mengetahui berbagai macan aliran yang ada dalam metafisika. Persoalan-persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu persoalan ontologi, persoalan kosmologi, dan persoalan antropologi. Persoalan ontologis di antaranya adalah apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan, atau eksistensi itu? Bagaimanakah penggolongan dari ada,  keberadaan atau eksistensi? Apa sifat dasar kenyataan atau keberadaan? Persoalan kosmologis bertalian dengan asal mula, perkembangan dan struktur atau susunan alam, misalnya jenis keteraturan apa yang ada dalam alam?  Apa hakikat hubungan sebab dan akibat? Apakah ruang dan waktu itu? Persoalan antropologi (manusia) seperti bagaimana terjadi hubungan badan dan jiwa? Apa yang dimaksud dengan kesadaran? Manusia sebagai makhluk bebas atau tidak bebas?
Sumber: Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannnya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.


Kegunaan Filsafat

Kegunaan Filsafat
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan orang mampu untuk menangani berbagai pertanyaan mendasar manusia yang tidak terletak dalam wewenang metodis ilmu-ilmu khusus. Jadi, filsafat membantu untuk mendalami berbagai pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan lingkup tanggung jawabnya. Kemampuan itu dipelajarinya dari dua jalur: secara sistematik dan secara historis
Pertama secara sistematik. Artinya, filsafat menawarkan berbagai metode mutakhir untuk menangani masalah-masalah mendalam manusia, tentang hakikat kebenaran dan pengetahuan, baik biasa maupun ilmiah, tentang tanggung jawab dan keadilan, dan sebagainya.
Jalur kedua adalah sejarah filsafat. Disini belajar untuk mendalami, menanggapi,  serta belajar dari jawaban-jawaban yang sampai sekarang ditawarkan oleh para pemikir dan filsuf terkemuka.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), sekurang-kurangnya ada tiga kemampuan yang memang sangat dibutuhkan oleh segenap orang yang dizaman sekarang harus atau mau memberikan pengarahan, bimbingan, dan kepemimpinan spiritual dan intelektual dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut
  1. Suatu pengertian lebih mendalam tentang manusia dan dunia. Dengan mempelajari berbagai pendekatan pokok terhadap pertanyaan-pertanyaan manusia yang paling hakiki, serta mendalami jawaban-jawaban yang diberikan oleh para pemikir besar umat manusia, wawasan, dan pengertian kita sendiri diperluas.
  2. Kemampuan untuk menganalisis secara terbuka dan kritis berbagai argumen-  tasi, pendapat, tuntutan, dan legitimasi dari pelbagai agama, ideologi, dan pandangan dunia. 
  3. Pendasaran metodis dan wawasan lebih mendalam dan kritis dalam menja-  lani studi-studi di ilmu-ilmu khusus, termasuk teologi.
Menurut sebagian para filsuf kegunaan secara umum dari filsafat adalah sebagai berikut. 
1)      Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan itu sebagai suatu nikmat yang luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga. 
2)      Rene Descartes yang termasyhur sebagai pelopor filsafat modern dan pelo-  por pembaruan dalam abad ke-17 terkenal dengan ucapannya cogito ergo aum (Karena berpikir maka saya ada). Tokoh ini menyangsikan segala-  galanya, tetapi dalam serba sangsi itu ada satu hal yang pasti, ialah bahwa aku bersangsi dan bersangsi berarti berpikir. Berfilsafat berarti berpangkalan kepada suatu kebenaran yang fundamental atau pengalaman yang asasi
3)      Alfred North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut: "Filsafat adalah keinsafan dan pandangan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan hidup pendeknya, kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban
4)      Maurice Marleau Ponty seorang filsuf modern Existensialisme mengatakan bahwa jasa dan filsafat baru ialah terletak dalam sumber penyelidikannya, sumber itu adalah eksistensi dan dengan sumber itu kita bisa berpikir tentang manusia (Burhanuddin Salam, 1988, hlm. 110-111)
Di samping kegunaan secara umum, filsafat juga dapat berguna secara khusus dalam lingkungan sosial-budaya Indonesia. Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada lima, yaitu sebagai berikut.
                         a.            Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modrnisasi yang meliputi semakin banyak bidang dan hanya untuk sebagian dapat diikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norna membantu untuk mengambil sikap yang sekaligus terbuka dan kritis
                         b.            Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. Filsatatlah yang paling sanggup untuk mendekati warisan rohani tidak hanya secara verbalistik, melainkan secara evaluatif, kritis, dan reflektif, sehingga kekayaan rohani bangsa dapat menjadi modal dalam pembentukan identitas modern bangsa Indonesia secara terus-menerus.
                    c.            Sebagai kritik ideologi filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok-kedok ideologis pelbagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
                        d.            Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan khususnya dalam kehidupan intelektual di universitas-universitas dan lingkungan akademis. 
                         e.            Filsafat menyediakan dasar dan sarana sekaligus bagi diadakannya dialog di antara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antaragama dalam membangun masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila. 

Sumber: Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannnya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.


Asal dan Peranan Filsafat

Asal dan Peranan Filsafat
1.        Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untukberfilsafat', yaitu sebagai berikut.
1)      Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani thaumasia)  sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan: "Mata kita memberi bintang-bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal filsafat".
2)      Kesangsian
Filsuf-filsuf lain, seperti Augustinus (254 430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh pancaindranya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat?  Di mana dapat ditemukan kepastian?  Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, interpretasi.
3)      Kesadaran Akan Keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sanagt kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu  mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya manusia mulai berfilsafat. la mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas (Harry Hamersma 1988, hlm 11)

2.        Peranan Filsafat
Menyimak sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya,  sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.  (Jan Hendrik Rapar, 1996 hlm. 25-27).
1)      Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut . Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan takhayul merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang,  sedang tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan tahayul itu pasti benar dan tidak boleh diganggu gugat. 
Oleh sebab itu, orang-orang Yunani, yang dikatakan memiliki suatu rasio nalitas yang luar biasa", juga pernah percaya kepada dewa-dewi yang duduk di meja perjamuan di Olympus sambil mengguncangkan kayangan dengan sorakan dan gelak tawa tidak henti-hentinya. Mereka percaya ke pada dewa-dewi yang saling menipu satu sama lain, licik, sering memberontak dan kadang kala seperti anak-anak nakal. 
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah mem dobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tidak boleh diganggu-gugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yan cukup panjang kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
2)      Pembebas
Filsafat bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis.
Sesungguhnya, filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya membebas kan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima berbagai kebenaran semu yang menyesatkan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis "penjara"  yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia
3)      Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis "penjara"  yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu? Sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya selaku pembimbing.
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dan mitis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membe baskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam,  yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai radix dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral dan koheren

Sumber: Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannnya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.