Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan
Ilmu
Persamaan filsafat dan ilmu adalah
sebagai berikut:
- Keduanya
mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap lengkapnya
sampai ke akar-akarnya.
- Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan
sebab-sebabnya.
- Keduanya
hendak memberikan sintesis, yaitu
suatu pandangan yang bergandengan.
- Keduanya
mempunyai metode dan sistem
- Keduanya
hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.
Adapun perbedaan filsafat dan ilmu
adalah sebagai berikut:
- Obiek material
lapangan filsafat itu bersifat universal sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan
ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada
disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan
kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
- Objek
formal (sudut pandangan) filsafat
itu bersifat non-fragmentaris,
karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara
luas, mendalam dan mendasar Sedangkan
ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, objek
formal ilmu itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia
itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
- Filsafat
dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan daya
spekulasi, kritis, dan pengawasan
sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error.
Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedang
kegunaan filsafat timbul dari nilainya lebih mendalam.
- Filsafat
memuat pertanyaan lebih jauh dan sehari-hari berdasarkan pada pengalaman
realitas menguraikan sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu secara
logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
- Filsafat
memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar
(primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause)
Sumber: Bakhtiar, A. (2004).
Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar