Senin, 24 Oktober 2016

Objek Filsafat

Objek Filsafat
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek, yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. 
1.      Objek Material Filsafat
Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki,  dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja,  baik hal-hal konkret atau pun hal yang abstrak.

Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendekiawan, namun semua itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan. 
1)            Mohammad Noor Syam berpendapat, ‘Para ahli menerangkan bahwa objek filsafat itu dibedakan atas objek material atau objek materiil filsafat; segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik materiil konkret, phisis maupun non materiil abstrak, psikhis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, kon- sepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tak terbatas' (Mohammad Noor Syam, 1981, hlm. 12)
2)            Poedjawijatna berpendapat, 'Jadi objek material filsafat ialah ada dan yang mungkin ada. Manakah objek filsafat dengan objek segala dari keseluruhan ilmu atau dapatkah dikatakan bahwa filsafat itu keseluruhan dari segala ilmu yang menyelidiki segala sesuatunya juga?' Dapat dikatakan memang, bahwa objek filsafat yang kami maksud objek materialnya sama dengan objek material dari ilmu seluruhnya. Akan tetapi filsafat tetap filsafat dan bukanlah merupakan kumpulan atau keseluruhan ilmu. (Poedjawijatna, 1980, hlm. 8) 
3)            Dr.  Oemar Amir Hoesin berpendapat bahwa masalah lapangan penyelidikan filsafat adalah karena manusia mempunyai kecenderungan hendak berpikir tentang segala sesuatu dalam alam semesta, terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada, objek sebagai tersebut di atas itu adalah menjadi objek material filsafat
4)            Louis O. Kattsoff berpendapat, lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya,  yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia'. (Burhanuddin Salam, 1988, hlm.39) 
5)            Drs. H.A. Dardiri berpendapat, 'objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan'. Kemudian apakah gerangan segala sesuatu yang ada itu? Segala sesuatu yang ada dapat dibagi dua, yaitu
a.       ada yang bersifat umum, dan
b.      ada yang bersifat khusus. 
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada pada umumnya disebut ontologi. Adapun ada yang bersifat khusus dibagi dua, yaitu ada yang mutlak, dan ada yang tidak mutlak. Ilmu yang menyelidiki tentang ada yang bersifat mutlak disebut theodicea. Ada yang tidak mutlak dibagi lagi menjadi dua, yaitu alam dan manusia. Ilmu yang menyelidiki alam disebut kosmologi dan ilmu yang menyelidiki manusia disebut antropologi metafisik. (H.A. Dardiri, 1986, hlm.  13-14) 
6)              Abbas Hamami M. berpendapat, sehingga dalam filsafat objek materiil itu adalah ada yang mengatakan, alam semesta, semua keberadaan, masalah hidup, masalah manusia, masalah Tuhan dan lainnya. Karena itulah maka untuk menjadi satu pendapat tentang tumpuan yang berbeda itu akhirnya dikatakan bahwa segala sesuatu yang 'ada lah yang merupakan objek materiil’. (Abbas Hamami M.,  1976, hlm. 5-6) 
Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat adalah sangat luas yaitu yang mencakup segala sesuatu yang ada. Sedangkan persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri seperti yang dikemukakan Ali Mudhofir (1996),  yaitu sebagai berikut. 
l)     Bersifat sangat umum. Artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus. Dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan ide-ide besar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan"berapa harta yang Anda sedekahkan dalam satu bulan?" Akan tetapi,  filsafat menanyakan "apa keadilan itu?"
2)      Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah. 
3)      Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian dengan pernilaian baik nilai moral, estetis, agama, dan sosial.  Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
4)      Bersifat kritis artinya, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep- konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis. 
5)      Bersifat sinoptik artinya, persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenya-  taan sebagai keseluruhan.
6)      Bersifat implikatif artinya, kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah di jawab,  maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.

2.                Objek Formal
Filsafat objek formal, yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya objek materialnya adalah "manusia"  dan manusia ini ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi,  antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. (Lasiyo dan Yuwono, 1985,  hlm.6). Jadi yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya. 


Sumber: Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannnya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar