Senin, 24 Oktober 2016

Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli
A.      Arti Secara Etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.  Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (lowe) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam- dalamnya.  Seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM). (Lasiyo dan Yuwono, 1985: l) 
B.                Arti Terminologi
Arti terminologi maksudnya arti yang dikandung oleh istilah atau statemen filsafat'.  Lantaran batasan filsafat itu banyak, maka sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan.
1.                  Piano
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. 
2.        Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan)
3.        Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
4.        Rene Descartes Filsa
Filsafatfat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
5.        Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu(pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan)  yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
6.        Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan,  yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan, keabadian, dan kebebasan.
7.                  Hasbullah Bakry
Ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. (Hamami, 1976:2-3)
8.             N. Driarkarya
Filsafat adalah permenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada’ dan ‘berbuat’  permenungan tentang kenyataan (reality)  yang sedalam-dalamnya, sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.
9.        Notonagoro
Filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat.
10.    Ir. Poedjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-  dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. (Lasiyo dan Yuwono,  1985:11
Adapun Ali Mudhofir (1996)  memberikan arti filsafat sangat beragam,  yaitu sebagai berikut. 
1)        Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat adalah suatu sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Sikap Filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari semua sudut pandangan.

2)        Filsafat sebagai suatu metode
Filsafat sebagai metode artinya cara berpikir secara reflektif (mendalam),  penyelidikan yang menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti.  Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. 
3)        Filsafat sebagai kelompok persoalan
Banyak persoalan abadi yang dihadapi manusia dan para filsuf yang berrusaha memikirkan dan menjawabnya. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada masa lampau telah dijawab secara memuaskan. Misalnya pertanyaan tentang ide-ide bawaan telah dijawab oleh John Locke pada abad ke-17. Namun masih banyak pertanyaan lain yang dijawab sementara. Di samping itu, juga masih banyak problem yang jawabannya masih diperdebatkan atau pun diseminarkan sampai hari ini, bahkan ada yang belum terpecahkan.
4)        Filsafat sebagai sekelompok teori atau sistem pemikiran
Sejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori atau sistem pemikiran yang terlekat pada nama-nama filsuf besar seperti Socrates, Plato, Aristoteles,  Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karl Marx, August Comte, dan lain-lainnya
5)        Filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah Kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitika seperti GE Moore, B. Russell,  L. Wittgenstein, G Ryle, JL Austin dan yang lainnya berpendapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan mengembangkan ide-ide
6)        Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh Filsafat mencoba menggabungkan beberapa kesimpulan dari berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang konsisten, Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sudut pandangan yang khusus sebagaimana dilakukan oleh seorang ilmuwan. Para filsuf memakai pandangan yang menyeluruh terhadap kehidupan sebagai suatu totalitas. Menurut para ahli filsafat spekulatif (yang dibedakan dengan filsafat kritis), dengan tokohnya C.D.  Broad, tujuan filsafat adalah alih hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika, dan ilmu pengetahuan, kemudian hasil-hasil tersebut direnungkan secara menyeluruh. Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh beberapa kesimpulan umum tentang sifat-sifat dasar alam semesta, kedudukan manusia di dalamnya serta berbagai pandangan ke depan. Para seperti Plato,  Aristoteles Thomas Aquinas, Hegel, Bergson, John Dewey, dan A N. Whitehead termasuk filsuf yang berusaha untuk memperoleh pandangan tentang hal-hal secara komprehensif (Ali Mudhofir, 1996, hlm. 2-6).
Dengan memperhatikan batasan-batasan yang tentunya masih banyak yang belum dicantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.
Hakikat adalah suatu prinsip yang menyatakan sesuatu adalah sesuatu itu. Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu. Ada/Being merupakan implikasi dasar.  Jadi segala sesuatu yang mempunyai kualitas tertentu pasti dia adalah being. Filsafat mempunyai tujuan untuk membicarakan keberadaan. Jadi, filsafat membahas lapisan yang terakhir dari segala sesuatu atau membahas masalah-masalah yang paling dasar.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari sesuatu objek/gejala secara mendalam.  Adapun pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala.  Membicarakan gejala untuk masuk ke hakikat itulah dalam filsafat. Untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari filsafat.

Jadi dalam filsafat itu harus refleksi, radikal, dan integral. Refleksi di sini berarti manusia menangkap objeknya secara intensional dan sebagai hasil dari proses tersebut,  yakni keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan manusia dari objek-objek yang dihadapinya.
Radikal berasal dari kata radix (berarti akar). Jadi, filsafat itu radikal berarti filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya (sampai ke akar-akamya). Radikalitas di sini berarti dalam pengertian sejauh akal manusia mampu mene-  mukannya, sebab filsafat tidak akan membicarakan yang jelas berada di luar jangkauan akal budi yang sehat. Filsafat tidak membatasi objeknya seperti ilmu-ilmu pengetahuan. Di samping itu, filsafat itu radikal karena berusaha untuk mencari hakikat dari objek yang dibahas. Filsafat tidak berhenti pada pengetahuan periferi (kulit atau penampakannya), tetapi filsafat ingin menembus hingga inti masalah dengan mencari manakah faktor-faktor yang fundamental yang membentuk adanya sesuatu. 

Filsafat itu integral berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Jadi, filsafat ingin memandang objeknya secara integral.  



Sumber: Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannnya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar