Selasa, 20 Desember 2016

Filsafat Agama

Filsafat Agama
Manusia yang telah menyadari eksistensi dirinya akan senantiasa menanyakan banyak hal di dalam hatinya tentang persoalan yang menjadi misteri dalam hidup ini. Berbagai macam pertanyaan tentang asal, tujuan, dan alasan manusia hidup di dunia ini semakin mengalir dalam bisikan hati. Selanjutnya manusia menanyakan tentang keberadaan alam ini. Keduanya dilakukan hanya untuk menjawab misteri di dunia ini. Semakin bertambahnya kedewasaan seseorang membuat otak dan logika membentuk sebuah pengertian dan mengambil kesimpulan tentang adanya Tuhan. Manusia secara fiṭrah bergejolak mencari dan merindukan Tuhan, mulai dari perasaan sampai pada penggunaan akal (filsafat). Fiṭrah manusia terkadang tertutup kabut kegelapan yang mengakibatkan manusia tidak mau mengenal Tuhannya, namun kekuatan fiṭrah ini tidak dapat dihapuskan dan sewaktu-waktu muncul dalam kesadaran manusia yang menyebabkan kerinduan yang mendalam terhadap penciptaNya. Perpaduan antara naluri, akal, dan wahyu terjadi ketika Tuhan memberikan petunjuk berupa wahyu yang diberikan kepada para Rasul-rasulNya. Ketegangan hubungan agama dan filsafat terjadi pada abad pertengahan.
Pemikiran Yunani sebagai embrio Filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya. Di samping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan, juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup, meskipun memang harus diakui bahwa hubungan filsafat dan agama mengalami pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia barat didominasi oleh dogmatisme gereja (agama), tetapi abad modern seakan terjadi pembalasan terhadap agama. Peran agama pada masa modern digantikan dengan ilmu-ilmu positif.


Amsal Bakhtiar (2009). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: Rajawali Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar