Filsafat Ilmu Zaman Kuno
Filsafat
yang dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan telah dikenal manusia pada masa
Yunani Kuno. Di Miletos suatu tempat perantauan Yunani yang menjadi tempat asal
mula munculnya filsafat, ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir
(baca: filosof) besar seperti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Pemikiran
filsafat yang memiliki ciri-ciri dan metode tersendiri6 ini berkembang terus
pada masa selanjutnya.
Pada zaman
Yunani Kuno filsafat dan ilmu merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan.
Keduanya termasuk dalam pengertian episteme yang sepadan dengan kata philosophia.
Pemikiran tentang episteme ini oleh Aristoteles diartikan sebagai an
organized body of rational konwledge with its proper object. Jadi filsafat
dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan yang rasional. Dalam pemikiran
Aritoteles selanjutnya pengetahuan rasional itu dapat dibedakan menjadi tiga
bagian yang disebutnya dengan praktike (pengetahuan praktis), poietike
(pengetahuan produktif), dan theoretike (pengetahuan teoritis)
Pemikiran dan
pandangan Aritoteles seperti tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita
bahwa nampaknya ilmu pengetahuan pada masa itu harus didasarkan pada pengertian
dan akibatnya hanya dapat dilaksanakan bagi aspek-aspek realitas yang
terjangkau pikiran. Lalu masuk akal saja kalau orang berpendapat bahwa kegiatan
ilmiah tidak lain daripada menyusun dan mengaitkan pengertian-pengertian itu
secara logis, yang akhirnya menimbulkan kesana bahwa setiap ilmu pengetahuan
mengikuti metode yang hampir sama yaitu mencari pengertian tentang prima
principia, lalu mengadakan deduksi-deduksi logis.
Pemikirannya
hal tersebut oleh generasi-generasi selanjutnya memandang bahwa Aristoteleslah
sebagai peletak dasar filsafat ilmu. Selama ribuan tahun sampai dengan akhir
abad pertengahan filsafat logika Aristoteles diterima di Eropa sebagai otoritas
yang besar. Para pemikir waktu itu menganggap bahwa pemikiran deduktif (logika
formal atau sillogistik) dan wahyu sebagai sumber pengetahuan.9 Aristoteles
adalah peletak dasar ‘doktrin sillogisme’ yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pemikiran di Eropa sampai dengan munculnya Era Renaisance.
Sillogisme adalah argumentasi dan cara penalaran yang terdiri dari tiga buah
pernyataan, yaitu sebagai premis mayor, premis minor dan konklusi.
Bagus Gusti
(2013).Filsafat Ilmu dan Logika.Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar