Minggu, 25 Desember 2016

Filsafat Ilmu di abad pertengahan

Filsafat Ilmu di abad pertengahan
Di Abad Pertengahan terjadi keseimbangan hubungan antara iman dan filsafat, terutama dalam Filsafat Thomas Aquino. Pada masa Thomas Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali. Thomas membela otonomi filsafat. Kemudian dapat mempersiapkan hati manusia untuk beriman. Thomas Aquinas mengaku bahwa filsafat dan teologi masing-masing otonom. Otonomi filsafat dimaksudkan bahwa akal merupakan jalan asli menuju kebenaran. Filsafat tidak tergantung secara langsung pada wahyu Ilahi. Meskipun Filsafat Kristen tidak secara langsung dipengaruhi oleh iman, tetapi filsuf-filsuf Kristen berfilsafat pada zaman matahari sudah terbit. Jalan yang ditempuh oleh filsafat telah diterangi oleh iman. Ketegangan antara wahyu dan filsafat adalah ketegangan yang sehat karena merangsang dinamika dan pembaharuan.
Selanjutnya, Agustinus mengganti akal dengan iman. Dalam hal ini, potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Agustinus mengatakan bahwa kebenaran relatif itu tidak perlu memimpin melainkan, kebenaran mutlak yaitu ajaran agama. Ciri khas dari pada filsafat abad pertengahan terletak pada suatu rumusan yang terkenal yang dikemukakan oleh St. Anselmus yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman lebih dahulu, setelah itu mengerti. Misalnya tentang dosa warisan, bahwa dosa warisan itu ada, setelah itu susunlah argumen untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan keimanan itu. Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat rasional, maka pengertian itulah yang didahulukan. Hal ini dijelaskan bahwa setelah mengerti kemudian dimengerti untuk selanjutnya diimani. Abad Pertengahan melahirkan juga filsuf yang terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia adalah salah satu Siantar orang-orang yang berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai dengan agama Kristen. Hasilnya adalah sebuah perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan yang menjadi bingkai filsafat rasional seperti pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai sekarang.


 Amsal Bakhtiar (2009). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: Rajawali Pers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar