Selasa, 20 Desember 2016

Kaitan antara Agama dan Filsafat

Kaitan antara Agama dan Filsafat
Objek forma filsafat adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya. Dalam hal ini berbedalah dengan ilmu. Dalam alat dan kemampuan berpikir, filsafat mempergunakan pikiran (budi betul dalam mencari sesuatu sebab itu dikatakan tanpa membatasi diri, tetapi juga ada batasannya juga, ialah budi itu sendiri, atau boleh juga dikatakan bahwa kodrat manusia yang berbudi)
Rumusan filsafat yang sesuai dengan definisi di atas ada baiknya, karena sekaligus tercantum objek formanya, juga alat penerangan untuk menyoroti objek forma itu. Alat penerangan yang ada dalam agama disebut wahyu. Dengan budinya manusia itu mencoba memahami hal-hal yang diwahyukan, berusaha pula untuk mengambil kesimpulan dari kebenaran-kebenaran yang difirmankan oleh Tuhan itu, bukti-bukti kebenaran lalu juga bukan kodrati maupun indrawi juga melainkan adi kodrati, artinya dasar-dasarnya, ialah kalau benar-benar diwahyukan, maka benarlah ini usaha manusia untuk merenungkan kebenaran dalam ajaran yang disebut teologi.
Oleh karena itu, filsafat menyelidiki segala sesuatunya, pertemuan penyelidikan dengan teologi banyak juga. Demi tugas ini filsafat menyelidiki dan mempelajari pendapat tentang Tuhan, adanya sifatNya, hubungannya bagi manusia dan dunia. Semuanya itu dicapai melalui budi yang dimiliki demi kodratnya, maka pengetahuan filsafat tentang Tuhan dalam hal ini adalah pengetahuan kodrati. Adapun pengetahuan tentang yang sama mungkin luas dan mendalaminya berlainan yang diterima dari firman Tuhan yang mengetahui kodrat kami, disebut adi kodrati. Oleh karena itu filsafat itu menyelidiki segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, dapat saja agama yang terang ada  itu difilsafatkan, artinya ditinjau dari dasar filsafat.
Hubungan intelek (al-aql) dan spirit (al-ruh) sebagai perpaduan antara agama dan filsafat dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu dalam perspektif Islam bahwa intelek dan spirit memiliki hubungan yang sangat erat serta merupakan hubungan dua muka secara tradisional
yang dipahami dan yang konsen dengan pengetahuan dalam Ḽasanah kultur Islam diperhatikan dalam dunia spirit membentuk paguyuban tunggal disertai tarik menarik yang sangat kuat dalam satu agama. Kenyataan ini secara pasti, benar pada faktor-faktor Islam yang telah dianggap sebagai elemen-elemen anti intelektual dalam dunia Islam. Filsafat Islam merupakan suatu komponen penting pada tradisi intelektual Islam, dan para Filsuf memiliki spiritual yang sama dengan pengetahuan (gnostik) diantara para sufi. Lebih dari itu Filsafat Islam telah memainkan suatu permainan penting dalam perkembangan kalam, tidak sebagaimana ilmu-ilmu lain seperti matematika, astronomi, kedokteran yang terinspirasi dari filsafat.
Intelek ini seperti seluruh instrumen wahyu sebagaimana tergambar dalam hati sebagai wahyu makrokosmik yang memberikan sebuah kader secara objektif. Para filsuf menganggap bahwa panggilan kebenaran menjadi panggilan tertinggi dalam filsafat, tetapi itu tidak berarti ketertundukan wahyu pada penalaran, seperti pendapat sebagian orang. Lebih tepat itu diartikan sebagai jalan untuk mencapai kebenaran puncak wahyu melalui pengetahuan.


 Amsal Bakhtiar (2009). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: Rajawali Pers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar