Kaitan antara Agama dan Filsafat
Objek
forma filsafat adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya. Dalam hal ini
berbedalah dengan ilmu. Dalam alat dan kemampuan berpikir, filsafat mempergunakan
pikiran (budi betul dalam mencari sesuatu sebab itu dikatakan tanpa membatasi
diri, tetapi juga ada batasannya juga, ialah budi itu sendiri, atau boleh juga
dikatakan bahwa kodrat manusia yang berbudi)
Rumusan
filsafat yang sesuai dengan definisi di atas ada baiknya, karena sekaligus tercantum
objek formanya, juga alat penerangan untuk menyoroti objek forma itu. Alat
penerangan yang ada dalam agama disebut wahyu. Dengan budinya manusia itu
mencoba memahami hal-hal yang diwahyukan, berusaha pula untuk mengambil kesimpulan
dari kebenaran-kebenaran yang difirmankan oleh Tuhan itu, bukti-bukti kebenaran
lalu juga bukan kodrati maupun indrawi juga melainkan adi kodrati, artinya
dasar-dasarnya, ialah kalau benar-benar diwahyukan, maka benarlah ini usaha
manusia untuk merenungkan kebenaran dalam ajaran yang disebut teologi.
Oleh
karena itu, filsafat menyelidiki segala sesuatunya, pertemuan penyelidikan
dengan teologi banyak juga. Demi tugas ini filsafat menyelidiki dan mempelajari
pendapat tentang Tuhan, adanya sifatNya, hubungannya bagi manusia dan dunia.
Semuanya itu dicapai melalui budi yang dimiliki demi kodratnya, maka
pengetahuan filsafat tentang Tuhan dalam hal ini adalah pengetahuan kodrati.
Adapun pengetahuan tentang yang sama mungkin luas dan mendalaminya berlainan
yang diterima dari firman Tuhan yang mengetahui kodrat kami, disebut adi
kodrati. Oleh karena itu filsafat itu menyelidiki segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada, dapat saja agama yang terang ada
itu difilsafatkan, artinya ditinjau dari dasar filsafat.
Hubungan
intelek (al-aql) dan spirit (al-ruh) sebagai perpaduan antara agama dan
filsafat dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu dalam perspektif Islam bahwa
intelek dan spirit memiliki hubungan yang sangat erat serta merupakan hubungan
dua muka secara tradisional
yang dipahami
dan yang konsen dengan pengetahuan dalam Ḽasanah kultur Islam diperhatikan
dalam dunia spirit membentuk paguyuban tunggal disertai tarik menarik yang
sangat kuat dalam satu agama. Kenyataan ini secara pasti, benar pada
faktor-faktor Islam yang telah dianggap sebagai elemen-elemen anti intelektual
dalam dunia Islam. Filsafat Islam merupakan suatu komponen penting pada tradisi
intelektual Islam, dan para Filsuf memiliki spiritual yang sama dengan pengetahuan
(gnostik) diantara para sufi. Lebih dari itu Filsafat Islam telah memainkan
suatu permainan penting dalam perkembangan kalam, tidak sebagaimana ilmu-ilmu
lain seperti matematika, astronomi, kedokteran yang terinspirasi dari filsafat.
Intelek
ini seperti seluruh instrumen wahyu sebagaimana tergambar dalam
hati sebagai wahyu makrokosmik yang memberikan sebuah kader
secara objektif. Para filsuf menganggap bahwa panggilan kebenaran
menjadi panggilan tertinggi dalam filsafat, tetapi itu tidak berarti
ketertundukan wahyu pada penalaran, seperti pendapat sebagian orang.
Lebih tepat itu diartikan sebagai jalan untuk mencapai kebenaran puncak wahyu
melalui pengetahuan.
Amsal Bakhtiar (2009). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran
dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar