Zaman Filsafat Pra Socrates
Mempelajari
Filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat. filsafat
dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng-dongeng atau mite-mite
yang diterima dari agama, yang memberitahukan tentang asal-usul
segala sesuatu, baik dunia atau manusia. Akal manusia tidak
puas dengan
keterangan dongeng-dongeng atau mite-mite itu, karena tidak
dapat dibuktikan oleh akal. Kebenarannya hanya dapat diterima oleh
iman atau kepercayaan. Para filsuf yang pertama adalah orang-orang yang
mulai meragukan cerita mite-mite dan mulai mencari-cari
dengan akalnya
dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. Sudah barang
tentu kemenangan akal atas mite-mite itu tidak mungkin terjadi
dengan tiba-tiba. Kemenangan itu diperoleh secara
berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad.
Sampai
kini, Filsafat Eropa dan Amerika masih juga didasarkan atas
daya pikir orang-orang Yunani. Tidaklah mungkin untuk memahami
filsafat dewasa ini tanpa mengetahui sejarahnya serta asal
usulnya. Yang menjadi asal mulanya dalam arti lebih luas adalah
pemikiran Plato dan Aristoteles, dalam arti yang lebih luas lagi adalah
seluruh pemikiran kuno sampai dengan surutnya peradaban kuno.
Pemikiran kuno ini hampir seluruhnya merupakan hasil renungan
orang-orang Yunani. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat
di antara
para pemikir yang satu dengan yang lain, namun filsafat
Barat merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini timbul di kalangan
orang-orang Yunani berdasarkan rasa heran atas hal-hal yang
mereka amati, demikianlah yang telah dikatakan oleh Plato dan Aristoteles.
Filsafat ini merupakan upaya memahami. Para filsuf yang paling
tua merupakan orang-orang pertama yang tidak lagi merasa puas
dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos, melainkan menghendaki
penjelasan yang masuk akal.
Pesisir-pesisir
Asia Kecil diduduki orang Lonia. Lonia merupakan
daerah pertama di negeri Yunani yang mencapai kemajuan besar, baik
dalam bidang ekonomi maupun dalam bidang cultural. Seperti
Homeros, penyair yang tersohor itu hidup di Lonia. Demikian juga
dengan ketiga filsuf yang pertama; Thales, Anaximandros serta Anaximenes
dan mereka bertempat tinggal di Kota Miletos. Tidak kebetulan bahwa pada awal
abad ke-6 SM. Miletoslah yang menjadi tempat lahir untuk filsafat dan bukan kota
lain, karena pada waktu itu Miletos adalah kota terpenting dari kedua belas
kota Lonia. Kota yang letaknya
dibagian selatan pesisir Asia kecil ini mempunyai pelabuhan yang
memungkinkan perhubungan dengan banyak budaya lain. Dengan
demikian. Miletos menjadi titik pertemuan untuk banyak kebudayaan
dan segala macam informasi dapat ditukar antara orangorang yang
berasal dari berbagai tempat.
Ajaran
para filsuf pertama yang hidup di Miletos sukar ditetapkan,
sebab sebelum Plato tiada hasil karya para filsuf itu yang telah
seutuhnya dibukukan, bahkan tidak ada satupun kalimat yang tersisa.
Pengetahuan tentang apa yang telah dipikirkan oleh para filsuf disimpulkan
dari potongan-potongan yang diberitakan oleh orang-orang yang
hidup lebih kemudian daripada mereka. Sesungguhnya tidak
ada kepastian hasil karya yang masih tersimpan dan ini pun tidak begitu
saja dapat dipercaya.
Dapat
dikatakan bahwa filsuf pertama yang hidup di Miletos adalah filsuf-filsuf alam,
artinya mereka adalah para ahli pikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan
ini menjadi sasaran pemikiran mereka. Karena mereka ditakjubkan oleh alam yang
penuh keanekaragaman
dan gerak ini, mereka menanyakan kepada soal apa yang ada di belakang
semua ini. Akan tetapi sasaran yang diselidiki para filsuf
pertama ini lebih luas dibanding dengan sasaran yang biasanya
diselidiki oleh filsafat pada zaman sekarang. Pemikiran mereka mencakup segala
sesuatu yang dapat dipikirkan akal.
Ajaran
Filsafat dari filsuf alam meliputi segala sesuatu yang sekarang disebut ilmu
pengetahuan, yaitu ilmu pasti, ilmu alam, ilmu bintang-bintang, ilmu hayat,
ilmu kedokteran dan politik. Jadi pada waktu itu belum
ada pemisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan khusus
seperti yang terjadi pada zaman sekarang. Demikianlah yang diperhatikan
oleh para ahli pemikir yang pertama di Miletos itu adalah alam,
bukan manusia. Tetapi dalam hal ini kita pun harus mengingat, bahwa
yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah seluruh kenyataan hidup
dan kenyataan badaniah. Jadi perhatian para filsuf dicurahkan kepada
apa yang dapat diamati. Meskipun filsuf-filsuf banyak yang berbicara mengenai
gejala-gejala alam tertentu, namun ketekunan untuk berfilsafat dalam arti kata
yang sebenarnya terbukti dari usaha untuk menemukan azaz pemula yang mendasari
segala sesuatu. Filsuf-filsuf alam
tersebut antara lain:
1)
Thales
(585 SM), bahwa azaz pemula ini adalah air, yang
merupakan azaz
kehidupan segala sesuatu. Semuanya berasal dari air dan
semuanya kembali lagi menjadi air. Thales beranggapan demikian
karena air mempunyai berbagai bentuk, seperti cair, beku,
uap.
2)
Anaximander
(546 SM), adalah murid Thales yang mempunyai pemikiran bahwa
azaz pemula adalah udara. Udara meliputi seluruh alam
semesta dan azaz kehidupan manusia, seperti terbuktipada pernafasan bahwa nyawa
yang berupa udara menyebabkan manusia hidup. Seperti halnya nafas, udara mengelilingi seluruh alam
semesta. Anaximander mempunyai jasa-jasa dalam bidang astronomi dan juga dalam
bidang geografi, sebab dialah orang pertama yang membuat suatu peta untuk para
pedagang pejelajah dari Melitus.
3)
Protagoras
menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran, teorinya disebut teori homo
mensura est yang berarti manusia sendiri menjadi norma untuk
segala-galanya.33 sesuatu yang benar, karena mereka benar, sesuatu yang tidak
benar, karena mereka tidak benar. Pernyataan ini merupakan tulang punggung humanisme,
yang menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat pribadi (private). Akibatnya ialah tidak akan ada ukuran yang absolut dalam
etika, metafisika, maupun agama. Bahkan teori-teori matematika
juga tidak dianggapnya mempunyai kebenaran yang absolut.
4)
Heraklitos
(540-475 SM) menyatakan bahwa segala sesuatu mengalir.
Tetapi ia juga percaya akan keadilan kosmis yang menjaga
keseimbangan di dunia. Unsur utama yang dicari setiap orang
adalah api, bahwa di dunia ini terdapat suatu titik api inti yang
tidak pernah padam.
Amsal Bakhtiar (2009). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran
dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar