Perbedaan Filsafat dan Agama
1)
Filsafat
Ada
beberapa pendapat mengenai Filsafat:
a)
Golongan
orang-orang masehi
Golongan pertama menetapkan adanya perbedaan antara filsafat
dan agama serta menerima sesuatu persoalan dengan akal pikiran
tentang agama yang mendasari iman. Agama
menggambarkan alam yang sebenarnya dari penciptaan Tuhan, sedangkan
akal tidak sanggup menemukan gambaran itu sendiri maka tugas agama hanya sebagai
pegangan dan akal berusaha memahami dengan jalan kiasan-kiasan. Menurut
golongan pertama
ini, filsafat tidak lain hanyalah filsafat agama yang mencakup
persoalan wujud yang telah dinyatakan oleh Tuhan
dan tidak
ada tempat lagi bagi kebebasan filsafat. Pendapat ini didasarkan
pada kenyataan bahwa orang-orang Platonis dan Stoa mengarahkan
perhatiannya kepada soal Ketuhanan dan Etika.
Golongan kedua mengatakan bahwa filsafat dan agama berhubungan
satu sama lain dan saling mempengaruhi. Dalam hal ini, ditegaskan bahwa wahyu
dan akal merupakan pemberian Tuhan, dan tidak mungkin berlawanan satu sama lain
bahkan wahyu bisa menjadi penuntun dan pembantu bagi akal. Filsafat menurut
golongan kedua adalah satu kesatuan yang berdiri sendiri,
terdiri dari persoalan-persoalan yang dibahas oleh para Filsuf
dan persoalan lain yang dibawa oleh wahyu. Wahyu menjadi pijakan
terakhir bagi setiap persoalan yang di alami oleh akal. Pendapat
golongan kedua ini berkat pengenalan buku-buku Aristoteles
pada abad ke XIII, antara lain buku “Analytica kedua” yang
berisi penentuan batas pemisah antara ilmu pengetahuan dengan
iman.
b)
Menurut
Endang Saifudin Anshari, Filsafat ialah ilmu istimewa yang mencoba menjawab
masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena
masalah-masalah termaksud di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal-budinya untuk
memahami (mendalami
dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat tentang yang ada. Filsafat berarti berfikir, jadi yang
penting adalah dapat berfikir.
c)
Menurut
William Temple, filsafat adalah menuntut pengetahuan untuk
mengetahui.
d)
Menurut
C.S. Lewis membedah Enjoyment dari contemplation, misalnya:
laki-laki mencintai perempuan. Rasa cinta disebut enjoyment, sedangkan memikirkan rasa cinta disebut contemplation, yaitu pikiran si pecinta tentang rasa cinta itu. Filsafat
banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.
Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan
jernih serta dapat dilihat dasarnya. Seorang filsuf,
jika dihadapkan dengan pengaruh aliran atau paham lain,
biasanya bisa bersifat lunak, tenang. Para filsuf ingin mencari
kecerahan argumennya sendiri.
2)
Agama
Mengenai
Agama pun ada beberapa pendapat:
a)
Menurut
Endang Saifudin Anshari, Agama terdiri dari tiga bagian yaitu:
(1)
Satu
sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atau adanya
sesuatu yang Mutlak di luar manusia.
(2)
Satu
sistema ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggap
mutlak itu.
(3)
Satu
sistema norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan
tata keimanan dan serta tata peribadatan yang termaksud
diatas.
b)
Menurut
Poerwantara, Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting
ialah hidup secara beragama sesuai dengan aturan-aturan agama
itu. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadah yang terutama
merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.
Agama
dapat dikiaskan dengan enjoyment atau rasa cinta seseorang,
rasa pengabdian (dedication) atau contesment. Agama banyak
berhubungan dengan hati. Agama dapat diumpamakan seperti air sungai yang terjun
dari bendungan dengan gemuruhnya, oleh para pemeluk-pemeluknya, akan
dipertahankan dengan habis-habisan, sebab mereka telah terikat dan mengabdikan
diri.
Agama disamping memenuhi pemeluknya dengan perasaan
pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menyenangkan
jiwa pemeluknya dan filsafat penting dalam mempelajari
agama.
Amsal Bakhtiar (2009). Filsafat Agama: Wisata Pemikiran
dan Kepercayaan Manusia.
Jakarta: Rajawali Pers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar