Filsafat Ilmu Kontemporer
Perkembangan
Filsafat Ilmu di zaman ditandai dengan munculnya filosof-filosof yang
memberikan warna baru terhadap perkembangan Filsafat Ilmu sampai sekarang.
Muncul Karl
Raymund Popper (1902-1959) yang kehadirannya menadai babak baru sekaligus
merupakan masa transisi menuju suatu zaman yang kemudian di sebut zaman
Filsafat Ilmu Pengetahuan Baru. Hal ini disebabkan Pertama, melalui teori
falsifikasi-nya, Popper menjadi orang pertama yang mendobrak dan meruntuhkan
dominasi aliran positivisme logis dari Lingkaran Wina. Kedua, melalui
pendapatnya tentang berguru pada sejarah ilmu-ilmu, Popper mengintroduksikan
suatu zaman filsafat ilmu yang baru yang dirintis oleh Thomas Samuel Kuhn.
Para tokoh
filsafat ilmu baru, antara lain Thomas S. Kuhn, Paul Feyerabend, N.R. Hanson,
Robert Palter dan Stephen Toulmin dan Imre Lakatos memiliki perhatian yang sama
untuk mendobrak perhatian besar terhadap sejarah ilmu serta peranan sejarah
ilmu dalam upaya mendapatkan serta mengkonstruksikan wajah ilmu pengetahuan dan
kegiatan ilmiah yang sesungguhnya terjadi. Gejala ini disebut juga sebagai
pemberontakan terhadap Positivisme.
Thomas S. Kuhn
populer dengan relatifisme-nya yang nampak dari gagasan-gagasannya yang banyak
direkam dalam paradigma filsafatnya yang terkenal dengan The Structure of
Scientific Revolutions (Struktur Revolusi Ilmu Pengetahuan).
Kuhn melihat
bahwa relativitas tidak hanya terjadi pada Benda yang benda seperti yang
ditemukan Einstein, tetapi juga terhadap historitas filsafat Ilmu sehingga ia
sampai pada suatu kesimpulan bahwa teori ilmu pengetahuan itu terus secara tak
terhingga mengalami revolusi. Ilmu tidak berkembang secara komulatif dan
evolusioner melainkan secara revolusioner.
Salah seorang
pendukung aliran filsafat ilmu Baru ialah Paul Feyerabend (Lahir di Wina,
Austria, 1924) sering dinilai sebagai filosof yang paling kontroversial, paling
berani dan paling ekstrim. Penilaian ini didasarkan pada pemikiran keilmuannya
yang sangat menantang dan provokatif. Berbagai kritik dilontarkan kepadanya
yang mengundang banyak diskusi dan perdebatan pada era 1970-an.
Pemikirannya
tentang Anarkisme sebagai kritik terhadap ilmu pengetahuan seperti menemukan
padanannya dengan semangat pemikiran Postmodernisme yang mengumandangkan
semangat dekonstruksionalisme. Dalam konteks ini apa yang dimaksud Anarkisme
oleh Feyerabend adalah suatu orientasi pemikiran filsafat yang senantiasa
menggugat kemapanan suatu teori ilmiah.
Dalam Against
method, ia menyatakan bahwa pada dasarnya ilmu pengetahuan dan perkembangannya
tidak bisa diterangkan ataupun diatur segala macam aturan dan sistim maupun
hukum. Perkembangan ilmu terjadi karena kreatifitas individual, maka
satu-satunya prinsip yang tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan ialah
anything goes (apa saja boleh).
Menurut
Feyerabend, dewasa ini ilmu pengetahuan menduduki posisi yang sama dengan
posisi pada abad pertengahan. Ilmu pengetahuan tidak lagi berfungsi membebaskan
manusia, namun justru menguasai dan memperbudak manusia. Oleh karenanya
Feyerabend menekankan kebebasan individu.
Dalam tahap
perkembangan selanjutnya muncul Institut Penyelidikan Sosial di Frankfurt,
Jerman, yang dipelopori oleh Max Horkheimer (1895-1973), Theodor Wiesengrund
Adorno (1903-1969), Erich Fromm (1900-1980) dan Herbert Marcuse (1898-1979).
Mereka memperbaharui dan memperdalam masalah teoritis dan falsafi mengenai cara
kerja dan kedudukan ilmu-ilmu sosial.
Bagus Gusti
(2013).Filsafat Ilmu dan Logika.Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar