Rabu, 07 Desember 2016

Objek Filsafat Ilmu

Objek Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagaiman halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memiliki obiek material dan obyek formal tersendiri. 
  1. Objek Material Filsafat Ilmu
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. 
  1. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya?  Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia?  Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan,  yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis. 
Landasan ontologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelaahan ilmu pengetahuan didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap atau pendirian filosofis secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua mainstream, aliran besar yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, yaitu materialisme dan spiritualisme.  Materialisme adalah suatu pandangan metafisik yang menganggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Spiritualisme adalah suatu pandangan metafisika yang menganggap kenyataan yang terdalam adalah roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
Pengembangan ilmu berdasarkan pada materialisme cenderung pada ilmu u kealaman dan menganggap bidang ilmunya sebagai induk bagi pengembangan ilmu-ilmu lain. Dalam perkembangan ilmu modern, aliran ini disuarakan oleh positivisme, sedangkan spiritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titik tolak pengem-  bangan bidang-bidang ilmu lain.
Jadi, landasan ontologis ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas. Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora.
Landasan epistemologis pengembangan ilmu, artinya titik tolak penelahaan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah. Metode ilmiah secara garis besar dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu siklus empiris untuk ilmu-ilmu kealaman dan metode linier untuk ilmu-ilmu sosial-humaniora Cara kerja metode siklus empiris meliputi observasi, penerapan metode induksi, melakukan eksperimentasi (petcobaan), verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diajukan, sehingga melahirkan sebuah teori. Adapun cara kerja metode linier meliputi langkah-langkah antara lain persepsi, yaitu penangkapan indrawi terhadap realitas yang diamati, kemudian disusun sebuah pengertian (konsepsi), akhirnya dilakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan.
Landasan aksiologis pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Dengan demikian, suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu dikembangkan. (Rizal Muustansyir, dik., 2001)
Sumber: (Surajiyo, 2013)Surajiyo. (2013). Filsafat Ilmu dan Perkembangannnya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar